Aku
tak tahu harus bagaimana menyikapi ini semua?
Harus
bahagiakah?
Sedihkah?
Kecewakah?
Atau
membencinya?
Tik tik tik
Entah mengapa detik jam begitu terdengar memilukan
bagiku. Aku tak tahu sudah jam berapa malam ini. Aku juga tidak tahu sudah
berapa lama aku dalam posisi tengkurap sambil membenamkan kepala dengan bantal
di atas kasur sampai akhirnya aku merasa bosan dan membalikkan badan memandangi
langit-langit kamar.
Tiga tahun menyukainya, aku tak melakukan apapun untuk
membuatnya suka padaku. Tiga tahun memendam perasaan ini, aku tak berusaha
sedikitpun untuk membuatnya menyadari perasaanku. Tiga tahun sekelas dengannya,
aku tak bicara apapun agar ia tahu betapa sukanya aku padanya sampai sesak
seperti ini. Dan tiga tahun mengenalnya, baru kali ini aku mengalami rasa sakit
yang begitu pedih.
Aneh, tapi begitulah kenyataannya, waktu ia sudah punya
pacar, aku bisa menerimanya dan rasa sakit yang kuterima tak sepedih ini. Tapi
sekarang? Baru saja gadis berkulit putih itu bilang ingin menyatakan
perasaannya, rasa sakitnya sudah seperti ini. Mungkin, karena dia adalah
sahabatku sendiri. Mungkin, karena dia teman sebangkuku sendiri selama tiga
tahun ini. Dan mungkin, karena aku tak ingin sahabatku sendiri, juga menyukai
orang yang kusukai.
Aaah, pusing! Kenapa
cinta itu begitu egois?
0 komentar:
Posting Komentar