“Hei! Bengong aja! Kalau flashback jangan sampai ngabisin
satu halaman gitu dong!” kata Hanny membuyarkan lamunan Kezia.
“Hahahha iya iya, kok kamu tau aku lagi flashback?”
“Siapapun pasti tahu kalau udah ngeliat kamu lagi bengong
sambil senyum-senyum sendiri sampai kayak orang gila, itu tuh pasti lagi
flashback! Tentang kamu dipuji sama si Dika lah, tentang kamu yang ditolong si
Dika lah, tentang …”
“Hup! Cukup! Hahahaha habis aku senang banget
nginget-nginget yang kayak begituan.” Ujar Kezia jujur. Tak ada lagi hal yang
menyenangkan bagi Kezia selain mengingat tentang bagaimana awal mula perasaanya
ada terhadap Dika.
“Han,” panggil Kezia,
Pada saat itu juga langkah sang tamu tak diundang
berhenti di depan pintu. Niatnya yang ingin membuka pintu tak jadi ia lakukan,
karena ia mendengar suara Kezia yang berkata, “Aku boleh jujur nggak?”
“Apa sok?”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu merapatkan
telinganya di pintu, yang dari awal sudah ditutup oleh Kezia agar tak ada yag
mendengar curahan hatinya pagi ini. Namun naas, sepertinya tamu tak diundang
ini akan mendengar bagian akhir dari curahan hatinya Kezia.
“Aku suka sama Dika, sampai sesak rasanya. Setiap malam
aku selalu berdo’a, “Tuhan semoga ia dan aku bermimpi indah malam ini”. Setiap
kali melihat senyumnya aku suka terpesona sampai rasanya ingin kumilikku
sendiri. Aku suka kamu Dika, kelebihan dan kekuranganmu, tak ada yang tak
kusukai.” Ujar Kezia panjang lebar dengan menatap mata Hanny dalam.
Tamu tak diundang yang mendengar pengakuan Kezia, sontak
terkejut dan kembali berdiri tegak sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak
tangannya. Ia baru saja mendengar yang seharusnya tidak ia dengar! Kezia suka Dika? Oh, Tuhan! Batin tamu
tak diundang itu.
“Hei! Hei!”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu kembali
merapatkan telinganya di pintu.
“Kamu seharusnya katakan itu di depan si Dika, bukan di
depanku! Gimana sih?!”
“Aku kan nggak berani Han-kun.” Tutur Kezia sambil
menundukkan sedikit kepalanya. Hanny yang mendengar itu hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak pelan.
“Tapi kamu nggak melupakan WaKM kita si Septi kan? Dia
mantannya Dika, dan banyak orang bilang Dika masih sayang sama Septi.” Kata
Hanny sambil bertopang dagu dengan sebelah tangan.
Ah iya, mantannya
Dika! Walaupun sekarang dia sudah punya pacar, banyak orang bilang Dika masih
sayang padanya. Batin Kezia.
“Cinta itu rumit. Ya, benar-benar rumit!” gumam Kezia lebih
kepada dirinya sendiri.
“Begitulah, kamu dan Putri suka Dika, sedangkan dia
sendiri masih sayang sama mantannya, dan mantannya sudah punya pacar lagi.”
Timpal Hanny. Kezia yang mendengar itu hanya mengangguk.
“Oh ya, apa jadinya ya kalau waktu itu Bu Wuryan nggak
nyuruh kita rolling, mungkin kamu
bakalan terus duduk sebangku sama si Dika kali ya?” tanya Hanny.
Tepat tiga bulan lamanya Kezia duduk sebangku dengan
Dika. Tapi, kebahagiaannya haruslah terusik dengan sebuah hal yang tak
diinginkan Kezia. Bu Wuryan menyuruh murid-muridnya rolling tempat duduk. Pada saat itu juga, Kezia dan Putri, untuk
pertama kalinya, bertatap muka dan duduk sebangku.
Seharusnya setiap tiga bulan sekali rolling, namun wali kelas 7F yaitu Bu Wuryan cuti melahirkan,
jadilah wali kelas diganti sampai semester 2 dan peraturan kelas pun berubah.
Dan begitulah, mengapa sampai hari ini Kezia dan yang lainnya, teman
sebangkunya itu-itu saja. Karena memang
diantara mereka semua tak ada yang mau di rolling,
dan tak ada wali kelas selain Bu Wuryan yang mau me-rolling tempat duduk muridnya.
“Entahlah,” ujar Kezia menanggapi pertanyaan Hanny tadi.
Diam. Tiba-tiba semua hening. Tak ada yang bicara lagi
diantara Hanny dan Kezia. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai
akhirnya Hanny membuka suara kembali.
“Udahlah, lupain sejenak. Sekarang saatnya pikirin UN,
jangan si Dika aja yang dipikirin, kasian buku UN kamu nganggur. Pasti dia lagi
menangis tersedu-sedu karena nggak dipikirin sama pemiliknya, hahaha.” Kezia
hanya tertawa mendengar Hanny. Ya, hampir sebulan lagi mau UN. Kezia harus
kembali focus UN!
Tamu tak diundang yang masih berdiri di depan pintu
kembali berdiri tegak setelah mendengar pembicaraan Hanny dan Kezia sudah tak
ada hubungannya lagi dengan Dika. Ia melirik sekilas kearah jam tangannya. Nanti aja deh masuknya biar nggak dicurigain
abis nguping, hihiiihi.
“Ngapain kamu ketawa-ketawa sendiri Sep?” tanya seseorang
dengan suara kecil hampir terdengar seperti berbisik. Sontak Septi terkejut
mendengar suara seseorang memanggil namanya. Septi menoleh kearah sumber suara
dan ia kaget ternyata yang ia lihat adalah Dika.
“Ssst!” Septi menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya,
tanda untuk Dika diam, “Sini kamu, ikut aku!” lanjut Septi sambil menarik
lengan Dika menjauhi kelas 9A. Septi tak mau gara-gara kedatangan Dika yang
tiba-tiba, membuat ia ketahuan habis menguping.
“Mau kemana hei?” tanya Dika. Septi masih saja menarik
lengan Dika. Akhirnya mereka sampai di depan kantin, Setelah Septi merasa sudah
cukup jauh dari kelas, ia baru melepaskan tangannya.
“Kita diam dulu disini lima menit, oke bos?”
Walau Dika tak tahu apa-apa, dia hanya bisa menurut.
Kamu nggak tahu yang
sebenarnya Kezia…
Batin Septi sambil melirik Dika yang berdiri
disampingnya.
*****
to be continued
0 komentar:
Posting Komentar