Senin, 11 Juni 2012

Someone Like You - Song 3

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.58 0 komentar
Mereka tak tahu ada seorang tamu tak diundang ...

“Hei! Bengong aja! Kalau flashback jangan sampai ngabisin satu halaman gitu dong!” kata Hanny membuyarkan lamunan Kezia.
“Hahahha iya iya, kok kamu tau aku lagi flashback?”
“Siapapun pasti tahu kalau udah ngeliat kamu lagi bengong sambil senyum-senyum sendiri sampai kayak orang gila, itu tuh pasti lagi flashback! Tentang kamu dipuji sama si Dika lah, tentang kamu yang ditolong si Dika lah, tentang …”
“Hup! Cukup! Hahahaha habis aku senang banget nginget-nginget yang kayak begituan.” Ujar Kezia jujur. Tak ada lagi hal yang menyenangkan bagi Kezia selain mengingat tentang bagaimana awal mula perasaanya ada terhadap Dika.
“Han,” panggil Kezia,
Pada saat itu juga langkah sang tamu tak diundang berhenti di depan pintu. Niatnya yang ingin membuka pintu tak jadi ia lakukan, karena ia mendengar suara Kezia yang berkata, “Aku boleh jujur nggak?”
“Apa sok?”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu merapatkan telinganya di pintu, yang dari awal sudah ditutup oleh Kezia agar tak ada yag mendengar curahan hatinya pagi ini. Namun naas, sepertinya tamu tak diundang ini akan mendengar bagian akhir dari curahan hatinya Kezia.
“Aku suka sama Dika, sampai sesak rasanya. Setiap malam aku selalu berdo’a, “Tuhan semoga ia dan aku bermimpi indah malam ini”. Setiap kali melihat senyumnya aku suka terpesona sampai rasanya ingin kumilikku sendiri. Aku suka kamu Dika, kelebihan dan kekuranganmu, tak ada yang tak kusukai.” Ujar Kezia panjang lebar dengan menatap mata Hanny dalam.
Tamu tak diundang yang mendengar pengakuan Kezia, sontak terkejut dan kembali berdiri tegak sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia baru saja mendengar yang seharusnya tidak ia dengar! Kezia suka Dika? Oh, Tuhan! Batin tamu tak diundang itu.
“Hei! Hei!”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu kembali merapatkan telinganya di pintu.
“Kamu seharusnya katakan itu di depan si Dika, bukan di depanku! Gimana sih?!”
“Aku kan nggak berani Han-kun.” Tutur Kezia sambil menundukkan sedikit kepalanya. Hanny yang mendengar itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak pelan.
“Tapi kamu nggak melupakan WaKM kita si Septi kan? Dia mantannya Dika, dan banyak orang bilang Dika masih sayang sama Septi.” Kata Hanny sambil bertopang dagu dengan sebelah tangan.
Ah iya, mantannya Dika! Walaupun sekarang dia sudah punya pacar, banyak orang bilang Dika masih sayang padanya. Batin Kezia.
“Cinta itu rumit. Ya, benar-benar rumit!” gumam Kezia lebih kepada dirinya sendiri.
“Begitulah, kamu dan Putri suka Dika, sedangkan dia sendiri masih sayang sama mantannya, dan mantannya sudah punya pacar lagi.” Timpal Hanny. Kezia yang mendengar itu hanya mengangguk.
“Oh ya, apa jadinya ya kalau waktu itu Bu Wuryan nggak nyuruh kita rolling, mungkin kamu bakalan terus duduk sebangku sama si Dika kali ya?” tanya Hanny.
Tepat tiga bulan lamanya Kezia duduk sebangku dengan Dika. Tapi, kebahagiaannya haruslah terusik dengan sebuah hal yang tak diinginkan Kezia. Bu Wuryan menyuruh murid-muridnya rolling tempat duduk. Pada saat itu juga, Kezia dan Putri, untuk pertama kalinya, bertatap muka dan duduk sebangku.
Seharusnya setiap tiga bulan sekali rolling, namun wali kelas 7F yaitu Bu Wuryan cuti melahirkan, jadilah wali kelas diganti sampai semester 2 dan peraturan kelas pun berubah. Dan begitulah, mengapa sampai hari ini Kezia dan yang lainnya, teman sebangkunya itu-itu saja.  Karena memang diantara mereka semua tak ada yang mau di rolling, dan tak ada wali kelas selain Bu Wuryan yang mau me-rolling tempat duduk muridnya.
“Entahlah,” ujar Kezia menanggapi pertanyaan Hanny tadi.
Diam. Tiba-tiba semua hening. Tak ada yang bicara lagi diantara Hanny dan Kezia. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Hanny membuka suara kembali.
“Udahlah, lupain sejenak. Sekarang saatnya pikirin UN, jangan si Dika aja yang dipikirin, kasian buku UN kamu nganggur. Pasti dia lagi menangis tersedu-sedu karena nggak dipikirin sama pemiliknya, hahaha.” Kezia hanya tertawa mendengar Hanny. Ya, hampir sebulan lagi mau UN. Kezia harus kembali focus UN!
Tamu tak diundang yang masih berdiri di depan pintu kembali berdiri tegak setelah mendengar pembicaraan Hanny dan Kezia sudah tak ada hubungannya lagi dengan Dika. Ia melirik sekilas kearah jam tangannya. Nanti aja deh masuknya biar nggak dicurigain abis nguping, hihiiihi.
“Ngapain kamu ketawa-ketawa sendiri Sep?” tanya seseorang dengan suara kecil hampir terdengar seperti berbisik. Sontak Septi terkejut mendengar suara seseorang memanggil namanya. Septi menoleh kearah sumber suara dan ia kaget ternyata yang ia lihat adalah Dika.
“Ssst!” Septi menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, tanda untuk Dika diam, “Sini kamu, ikut aku!” lanjut Septi sambil menarik lengan Dika menjauhi kelas 9A. Septi tak mau gara-gara kedatangan Dika yang tiba-tiba, membuat ia ketahuan habis menguping.
“Mau kemana hei?” tanya Dika. Septi masih saja menarik lengan Dika. Akhirnya mereka sampai di depan kantin, Setelah Septi merasa sudah cukup jauh dari kelas, ia baru melepaskan tangannya.
“Kita diam dulu disini lima menit, oke bos?”
Walau Dika tak tahu apa-apa, dia hanya bisa menurut.
Kamu nggak tahu yang sebenarnya Kezia…
Batin Septi sambil melirik Dika yang berdiri disampingnya.
*****

to be continued

Someone Like You - Song 2

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.48 0 komentar
Yah, seandainya kejadian itu nggak pernah ada ...

Hari itu adalah hari pertama sekolah di SMPN 1 Margahayu dan seperti sekolah pada umumnya di hari pertama, semua penghuni kelas memperkenalkan diri mereka masing-masing termasuk wali kelas. Waktu itu aku hanya diam dan memperhatikan  satu persatu yang maju, walaupun begitu pikiranku mengarah kepada hal yang lain.
“Ya, selanjutnya Zia Kezia, silahkan maju dan perkenalkan dirimu.” Ujar Bu Wuryan sambil tersenyum dan berusaha mencari-cari sosokku yang waktu itu memang tak menonjol di kelas. Aku berdiri dan dengan langkah tak bersemangat aku maju ke depan kelas.
Sesampainya di depan kelas aku memperkenalkan diriku. Simple, hanya siapa aku, apa nama panjang dan nama panggilannya, lalu darimana sekolah asalku, dan hal-hal sepele lainnya seperti berkata, “Mohon bantuannya untuk tiga tahun ini.” Lalu aku pun membungkukkan badan seperti orang Jepang ketika mereka memperkenalkan diri mereka. Maklumlah, aku kan sering melihat hal seperti ini di dalam komik-komik dan aku pun menirukannya.
Setelah itu aku berjalan kembali menuju tempat dudukku. Sekilas aku melihat, diantara mereka ada yang mengerutkan dahi, seakan asing dengan cara aku memperkenalkan diri. Aku hanya bisa terkekeh di dalam hati melihat wajahnya. Kalau nggak salah dia tuuuh Savira bukan ya? Oh iya! Mari Savira. Cewek yang berambut ikal panjang dan sedikit lebih gemuk dari perempuan kebanyakan di kelas ini. Ujarku dalam hati.
Ku lihat Bu Wuryan menutup buku absen setelah aku duduk kembali di bangkuku yang berada dipaling belakang dan paling pojok sebelah kanan. “Hmm, ya hari ini acara perkenalan dirinya sudah selesai. Dan sekarang kita akan tentukan siapa saja yang akan menjadi KM, WaKM, Sekretaris, …”
“Ssst!” disela-sela Bu Wuryan berbicara, tiba-tiba ada yang berbisik ke arahku  dan aku pun menoleh kearahnya. Ternyata dia teman sebangkuku sendiri. Diaaa Audika Pratama gitu ya? Hmmm lupa!
“Namamu unik ya. Lucu! Aku suka. Jarang-jarang aku mendengar nama bagus seperti milikmu.” Katanya, masih dengan berbisik tanpa sedikitpun melihat kearahku.
Aku tak tahu harus berbicara apa setelah ia berkata seperti itu. Aku berusaha untuk menatap matanya, agar aku tahu bahwa ia sedang berkata jujur. Namun aku tak bisa, karena ia sedang focus melihat ke depan kelas. Lalu, aku mencoba untuk mengira-ngira bahwa ia sedang tidak berbicara kepadaku, tapi kenyataannya semua orang sibuk dengan kesibukannya sendiri, dan hanya aku dan dia yang mempunyai kesibukkan berbeda.
Dengan mengerutkan dahi, aku memperhatikan wajahnya. Terlihat jelas matanya sempat melirik kearahku lalu menoleh dan melihatku yang mengerutkan dahi. Seakan mengerti pikiranku, ia berkata, “Ya, aku lagi ngomong sama kamu.” Katanya lalu memalingkan wajah lagi, sekilas kulihat ia mengangguk pelan.
“Ooohh,” gumamku, lalu, “Makasih ya.” Aku hanya bisa bilang terimakasih dan sekali lagi ia mengangguk sambil sedikit tersenyum, masih tanpa melihat kepadaku sedikitpun.
Jujur, waktu itu adalah kali pertama namaku dipuji dan aku senang sekali. Tapi, hari itu aku belum punya perasaan apa-apa padanya. Karena aku masih menganggapnya hanya sebagai pujian biasa. Namun, kepeduliannya membuatku jatuh hati pada saat itu juga.
GUSRAK!
Hari itu adalah hari Jum’at, tepatnya adalah hari kelima sebagai siswa baru di sekolah ini. Di pagi hari aku dan teman-teman sekelas ada pelajaran olahraga. Dan dengan sukses aku terjatuh saat lari keliling lapangan untuk pemanasan. Aku pun terduduk manis di pinggir lapangan. Aku hanya bisa meringis kesakitan lalu melihat lututku yang berdarah. “Aduuuh!” ringisku pelan.
Tiba-tiba terdengar ada sesorang yang menghentikan larinya dan ia berkata, “Kamu nggak apa-apa?”
Aku sedikit mendongak untuk melihat siapa yang baru saja bertanya kepadaku. Ooh ternyata si Dika. “Nggak apa-apa kok. Cuma luka kecil. Hahaaha, yuk lanjut lagi larinya.” Aku berusaha berdiri, namun rasa sakit yang kurasakan membuat kebohonganku terbongkar.
“Aduh!” sontak aku langsung memegangi kembali lututku yang berdarah.
“Ayo kita bilang ke bapak, kalau kamu butuh betadine. Cepat!” ujarnya lalu menarik lengan kananku. Langkah besarnya membuatku meringis sekali lagi. Tanpa kupinta, ia sedikit melambatkan langkahnya setelah mendengar ringisanku.
Melihat sikapnya membuat aku merasa tak ada yang bisa kubohongi didepannya. Ia selalu bisa membaca pikiranku. Waktu itu juga, waktu ia memuji namaku. Namamu unik ya. Lucu! Aku suka. Jarang-jarang aku mendengar nama bagus seperti milikmu. Entah mengapa aku kembali teringat terhadap ucapannya di hari pertama masuk sekolah.
Dia baik dan peduli. Aku suka. Eh? Akuuu suka padanya? Ya ampun! Aku hanya bisa menutup mulutku dengan telapak tangan kiriku. Dengan langkah yang pincang, aku mencoba untuk melihat wajahnya. Namun, lagi-lagi ia tetap fokus melihat ke depan sambil menarik lengan kananku.
Pada saat itu juga, aku sadar bahwa aku suka dirinya. Tak hanya karena ia baik dan peduli, tapi semuanya, setiap hal kecil darinya kusuka. Yah kusuka dirinya.
*****
Hanny dan Kezia tak menyadari bahwa diluar sana tamu tak diundang sedang berjalan menuju kelas 9A. Yah, mereka tak menyadari akan suara langkah sang tamu tak diundang yang semakin mendekati kelas 9A. 

to be continued

Someone Like You - Song 1

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.37 0 komentar
Tiga tahun bersamanya, membuat aku tahu semua tentang dirinya. Tiga tahun duduk sebangku dengannya, membuat aku paham semua baik dan buruknya. Tiga tahun berbagi cerita dengannya, membuat aku mengerti apa yang ia suka dan apa yang ia benci. Dan selama tiga tahun ini, membuat aku sadar bahwa kami menyukai orang yang sama.
            Selama ini, setiap kali aku dan dia bertukar cerita mengenai orang yang kita sukai, tak ada satu pun dari aku maupun dia memberitahu langsung siapa orang yang dimaksud. Hanya ciri-ciri dan karakteristiknya saja yang  diceritakan. Itu semua agar menjadi kejutan saat aku dan dia tahu suatu saat nanti. Namun sayang, aku sudah tahu terlebih dahulu. Kejadiannya baru saja seminggu yang lalu …
            “Lihat, lihat! Cowok itu gagah ya!” ujarku padanya. Waktu itu aku dan dia sedang hunting buku UN di Gramedia. Putri hanya melihat sekilas, lalu focus kembali terhadap dompet yang isinya sedang ia hitung. “Masih gagahan yang aku suka tau!” ucapnya dengan nada bangga terhadap orang yang ia sukai itu.
            “Ah, masa siihh, coba deh nanti kamu bandingin gagahnya orang yang aku suka sama orang yang kamu suka.”
            “Pasti lebih gagahan orang yang aku suka lah! Wong bapaknya aja tentara, pastilah ia gagah seperti tentara kebanyakan.”
            Saat itu juga, angin yang berhembus semilir seakan berhenti bertiup. Kurasakan jantungku berdetak keras. Aku diam mematung. Aku mencoba mengingat apa saja yang pernah ia katakan mengenai orang yang ia sukai itu.
“Dia ituuu baik, peduli, lumayan tinggi, dan pastinya dia ganteng. Tapi nggak tau juga tuh kalau menurut kamu. Hahahha.”
“Addduuuhh dia mempesona sekali hari ini! Larinya cepat ya!”
“Kezia! Kamu tahu? Ternyata dia suka warna biru dan suka mayonnaise lho!”
Beberapa percakapan yang pernah terjadi antara aku dan dia melintas begitu saja di pikiranku. Baik, peduli, tinggi, tampan, larinya cepat, suka warna biru dan mayonnaise, daaaaan sekarang Putri bilang papahnya seorang tentara?! Siapa lagi yang anak tentara selain si Ketua Murid? Siapa lagi yang selalu bergumam, “Langit hari ini bewarna biru cerah ya!” kalau bukan anak laki-laki dengan no absen 4? Siapa lagi yang suka mayonnaise kalau bukan dia? Siapa lagi yang larinya cepat kalau bukan orang yang kusukai? Siapa lagi kalau itu semua bukanlah Audika Pratama?
“Hei Kezia! Kenapa kamu bengong saja?! Ayo kita bayar ini semua.” ujar Putri tak merasa sedikitpun ada yang aneh denganku waktu itu.
Aku tak tahu harus bagaimana menyikapi ini semua. Harus bahagiakah? Sedihkah? Kecewakah? Atau membencinya? Tapi, tanpa kusadari aku mulai menjauhi Putri, sampai Hanny teman curhatku selain Putri berkata, “Kamu lagi ngejauhin si Putri ya? Gara-gara dia suka sama yang kamu suka kan? Yaaahh cemburu sih boleh, cuma kamu jangan sampai benci atau dendam sama dia apapun yang akan terjadi nanti. Aku hanya mengingatkan lho.”
Lama-lama aku sadar, apa yang dikatakan Hanny benar. Semenjak aku menyadari bahwa Putri dan aku menyukai orang yang sama, aku selalu berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Semakin lama mengingat perasaan Putri terhadap Dika membuatku sering panas hati.
Rasanya aku tak ingin menyukai orang yang disukai sahabatku sendiri. Namun, aku tak bisa dengan cepat memusnahkan perasaanku sendiri. Karena aku sendiri tak mudah untuk move on, tak mudah untuk kelain hati, apalagi dalam keadaan seperti ini. Entahlah, rasanya sakit mengetahui hal yang satu ini. Sesak sekali.
Tililit lilit! Tililit lilit!
Dengan asal, aku mengambil handphone-ku di saku baju. Terlihat jelas disana nama pengirim SMS di siang bolong ini. Huh! Dia SMS bikin aku panas aja deh! Kenapa aku suka sama dia siiihhh?! Huwaaaaa! Jeritku dalam hati. Dengan setengah hati kubuka SMS darinya.
FROM : DIKA :P
Wed, 07.03.2012, 15:59
Hei bendahara! Bagaimana keadaan our money? Kamu tidak mengkorupsinyakan? Hahhaa bercanda kok! Hari Sabtu bawa ya, si Rizki mau beli kain pel tuh! Hahhaha :D
Aish! Kenapa dia SMS dengan emoticon bahagia gitu sih? Nggak tau apa ya, aku lagi galau gara-gara dia? Umpatku dalam hati. Aaahh, rasanya ingin menangis mengingat setahun yang lalu aku nekat mencalonkan diri sebagai bendahara kelas. Yah, apalagi alasannya kalau bukan ingin dekat dengan sang KM yang kenyataannya adalah orang yang kusukai itu.
“Aaaaahhh sial!” geramku sambil menendang batu yang dengan manisnya berada di depan jalanku. Di perkomplekkan ini memang banyak batunya. “Huh!” sekali lagi aku menendang batu, yang kali ini lebih kuat kutendang. Aahh semoga batu itu tak pernah mengutukku karena aku menendangnya dengan kuat.
Sore itu, aku yang baru saja pulang sekolah, menyusuri jalan komplek Gading Tutuka dengan langkah besar. Sesampainya di rumah nanti aku akan langsung tidur dan melupakan sejenak tentang hari ini. Aku tak peduli lagi untuk membalas SMSnya!
****
“Hanny-kun!” sapaku di pagi hari. Mengingat apa yang kugalaukan kemarin, membuatku ingin curhat kepada gadis bermata sipit ini.
“Hei, hei!”
“…”
“Kenapa kamu sering sekali memanggilku dengan imbuhan –kun sih? Bukannya kamu tahu itu tuh buat laki-laki ya? Pakai imbuhan –sensei, –chan, –sama,   atau –san!” ujarnya kesal.
Ini bukan kali pertama Hanny memarahiku karena hal sepele seperti ini, mungkin ini sudah yang ke-37? Entahlah, aku tak pernah bosan atau balik kesal kalau dia memarahiku seperti itu.
“Ya maaf maaf! Habisnyaaa kamu lebih cocok memakai imbuhan –kun sih. Hehhehe.” kataku sambil tersenyum menanggapi omelannya hari ini.
“Terserah kamu sajalah Kezia!” Hanny pun membenarkan cara duduknya, lalu, “Ada apa?” tanyanya sambil menatap dalam mataku.
“Aku ingin curhat padamu Han-kun.”
“Jangan kamu bilang curhat tentang kamu, dia, dan dia lagi!” ujarnya sambil menunjuk tempat duduk Putri yang ada didepannya dan menunjuk meja Dika yang paling depan dan berada di pojok kiri. Aku yang masih berdiri di samping meja Hanny hanya mengangguk.
Pagi ini, hanya ada aku dan Hanny di kelas. Sepi. Hanny adalah makhluk 9A yang suka datang pagi-pagi. Dan aku sengaja datang pagi-pagi karena memang dari kemarin aku sudah niat untuk curhat padanya.
“Silahkan bicara Korban Cinta Segitiga, Nona Kezia.”
Aku pun langsung menarik kursi disebelah Hanny dan duduk dengan manis setelah dipersilahkan olehnya untuk memulai curhat.
“Yah, bagaimana yah, aku tak tahu harus bersikap bagaimana terhadap dia dan dia,” aku pun menuruti gaya Hanny dengan menunjuk kearah meja Putri dan Dika, “Akhir-akhir ini aku selalu berusaha keras untuk bisa bersikap wajar di depan Putri, seperti sebelum aku tahu dia suka sama Dika, tapi aku nggak bisa laaah….” Nada bicaraku tiba-tiba berubah seperti salah satu tokoh iklan operator handphone di TV.
“Lalu? Bukankah kamu sudah menanyakan hal ini kemarin malam di SMS, ya ampun! Aku kan sudah memberimu solusi jitu, kenapa kamu tanya lagi sih?”
“Abiiisss jawaban kemarin kurang memuaskan, memangnya kamu kira gampang apa melupakan begitu aja? Han-kun, kumohon padamuuuu aku sedang patah hati niiih.”
“Nada bicaramu seperti sedang tidak patah hati. Hey!” bentak Hanny, cukup membuatku terperanjat kaget, “Memangnya kamu kira aku juga nggak punya masalah apa? Memangnya kamu kira kamu doang yang lagi patah hati hah?! Memangnya Cuma kamu aja apa yang lagi butuh solusi? Aku juga Keziaaaa! Kamu tahu? Kyuhyun, suamiku itu, digosipkan sudah berpacaran, aku patah hati laaah.” Kata Hanny meniru-niru nada bicaraku sebelumnya.
“Han-kuuun! Ku kira kamu benar-benar patah hati, ternyata lagi-lagi karena Kyuhyun! Ampun! Suaramu tadi membuatku jantungan tahu!” aku hanya bisa mengelus dadaku setelah mendengar bahwa ia sedang patah hati karena tokoh idolanya, yang ia anggap suami itu, digosipkan sudah berpacaran.
“Hiks!” Hanny berpura-pura mengelap air matanya padahal ia tak menangis sama sekali, “Yasudah, begini saja, kita pergi yuk ke SMA 3, disana katanya banyak cowok ganteng, kali aja kalau udah ketemu yang ganteng-ganteng kamu bisa lupa sama dia. Sekalian liat-liat SMA.” Usul Hanny dengan mata berbinar-binar.
Aku kan nggak gampang move on gimana caranya bisa lupa sama si Dika kalau Cuma ngeliat yang ganteng-ganteng aja? Ampuuun, seandainya aja kejadian itu nggak pernah ada …

to be continued

Someone Like You - Prolog

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.11 0 komentar

Aku tak tahu harus bagaimana menyikapi ini semua?

Harus bahagiakah?

Sedihkah? 

Kecewakah? 

Atau membencinya? 

Tik tik tik

Entah mengapa detik jam begitu terdengar memilukan bagiku. Aku tak tahu sudah jam berapa malam ini. Aku juga tidak tahu sudah berapa lama aku dalam posisi tengkurap sambil membenamkan kepala dengan bantal di atas kasur sampai akhirnya aku merasa bosan dan membalikkan badan memandangi langit-langit kamar. 

Tiga tahun menyukainya, aku tak melakukan apapun untuk membuatnya suka padaku. Tiga tahun memendam perasaan ini, aku tak berusaha sedikitpun untuk membuatnya menyadari perasaanku. Tiga tahun sekelas dengannya, aku tak bicara apapun agar ia tahu betapa sukanya aku padanya sampai sesak seperti ini. Dan tiga tahun mengenalnya, baru kali ini aku mengalami rasa sakit yang begitu pedih.

Aneh, tapi begitulah kenyataannya, waktu ia sudah punya pacar, aku bisa menerimanya dan rasa sakit yang kuterima tak sepedih ini. Tapi sekarang? Baru saja gadis berkulit putih itu bilang ingin menyatakan perasaannya, rasa sakitnya sudah seperti ini. Mungkin, karena dia adalah sahabatku sendiri. Mungkin, karena dia teman sebangkuku sendiri selama tiga tahun ini. Dan mungkin, karena aku tak ingin sahabatku sendiri, juga menyukai orang yang kusukai.

Aaah, pusing! Kenapa cinta itu begitu egois?

Jumat, 06 Januari 2012

tentang aku kamu dan dia ....

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 19.16 0 komentar

dulu,,
aku nggak pernah memandangmu seistimewa ini,,
dulu,,
aku nggak pernah berharap kau akan membalas suratku,,
dulu,,
aku nggak pernah punya keinginan untuk bisa berbicara denganmu ..

tapi sekarang berbeda,,
tapi waktu telah berkata lain,,

tiada satu detikpun 
kulewati untuk mendengar suara langkah kakimu,,
tiada satu haripun 
aku lewati untuk melihat bayangan dirimu

tapi,,
sekarang aku merasa berbeda,,
ini semua tentang......
aku,,
kamu,,
dan
dia .........

seharusnya,,
aku tidak boleh untuk punya perasaan seperti ini ..
seharusnya,,
aku tidak boleh berharap seperti ini ..
karena aku tahu,,
di luar sana ada seseorang yang sedang menunggu dirimu dengan penuh harap ..
dan aku tahu,,
aku baru menyukai dirimu satu musim yang lalu,,
berbeda dengan dia,,
yang telah berharap sejak ratusan musim yang lalu ....

ada perasaan berbeda,,
ketika dia menyebut dirimu
ada perasaan yang lain,,
ketika dia bercerita tentang dirimu 
mungkin kini aku tak hanya menyukai satu darimu,,
mungkin semua hal kecil tentangmu kusuka
dan mungkin aku telah jatuh hati padamu

tapi,,
aku tak bisa pungkiri,,
bahwa kini aku sering meminta dan memohon ..
aku tak bisa mengelak,,
bahwa sekarang aku menginginkan segalanya dari dirimu ..
 

The Official Ziadatul Akmal Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review