Senin, 11 Juni 2012

Someone Like You - Song 3

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.58 0 komentar
Mereka tak tahu ada seorang tamu tak diundang ...

“Hei! Bengong aja! Kalau flashback jangan sampai ngabisin satu halaman gitu dong!” kata Hanny membuyarkan lamunan Kezia.
“Hahahha iya iya, kok kamu tau aku lagi flashback?”
“Siapapun pasti tahu kalau udah ngeliat kamu lagi bengong sambil senyum-senyum sendiri sampai kayak orang gila, itu tuh pasti lagi flashback! Tentang kamu dipuji sama si Dika lah, tentang kamu yang ditolong si Dika lah, tentang …”
“Hup! Cukup! Hahahaha habis aku senang banget nginget-nginget yang kayak begituan.” Ujar Kezia jujur. Tak ada lagi hal yang menyenangkan bagi Kezia selain mengingat tentang bagaimana awal mula perasaanya ada terhadap Dika.
“Han,” panggil Kezia,
Pada saat itu juga langkah sang tamu tak diundang berhenti di depan pintu. Niatnya yang ingin membuka pintu tak jadi ia lakukan, karena ia mendengar suara Kezia yang berkata, “Aku boleh jujur nggak?”
“Apa sok?”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu merapatkan telinganya di pintu, yang dari awal sudah ditutup oleh Kezia agar tak ada yag mendengar curahan hatinya pagi ini. Namun naas, sepertinya tamu tak diundang ini akan mendengar bagian akhir dari curahan hatinya Kezia.
“Aku suka sama Dika, sampai sesak rasanya. Setiap malam aku selalu berdo’a, “Tuhan semoga ia dan aku bermimpi indah malam ini”. Setiap kali melihat senyumnya aku suka terpesona sampai rasanya ingin kumilikku sendiri. Aku suka kamu Dika, kelebihan dan kekuranganmu, tak ada yang tak kusukai.” Ujar Kezia panjang lebar dengan menatap mata Hanny dalam.
Tamu tak diundang yang mendengar pengakuan Kezia, sontak terkejut dan kembali berdiri tegak sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia baru saja mendengar yang seharusnya tidak ia dengar! Kezia suka Dika? Oh, Tuhan! Batin tamu tak diundang itu.
“Hei! Hei!”
Mendengar suara Hanny, tamu tak diundang itu kembali merapatkan telinganya di pintu.
“Kamu seharusnya katakan itu di depan si Dika, bukan di depanku! Gimana sih?!”
“Aku kan nggak berani Han-kun.” Tutur Kezia sambil menundukkan sedikit kepalanya. Hanny yang mendengar itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak pelan.
“Tapi kamu nggak melupakan WaKM kita si Septi kan? Dia mantannya Dika, dan banyak orang bilang Dika masih sayang sama Septi.” Kata Hanny sambil bertopang dagu dengan sebelah tangan.
Ah iya, mantannya Dika! Walaupun sekarang dia sudah punya pacar, banyak orang bilang Dika masih sayang padanya. Batin Kezia.
“Cinta itu rumit. Ya, benar-benar rumit!” gumam Kezia lebih kepada dirinya sendiri.
“Begitulah, kamu dan Putri suka Dika, sedangkan dia sendiri masih sayang sama mantannya, dan mantannya sudah punya pacar lagi.” Timpal Hanny. Kezia yang mendengar itu hanya mengangguk.
“Oh ya, apa jadinya ya kalau waktu itu Bu Wuryan nggak nyuruh kita rolling, mungkin kamu bakalan terus duduk sebangku sama si Dika kali ya?” tanya Hanny.
Tepat tiga bulan lamanya Kezia duduk sebangku dengan Dika. Tapi, kebahagiaannya haruslah terusik dengan sebuah hal yang tak diinginkan Kezia. Bu Wuryan menyuruh murid-muridnya rolling tempat duduk. Pada saat itu juga, Kezia dan Putri, untuk pertama kalinya, bertatap muka dan duduk sebangku.
Seharusnya setiap tiga bulan sekali rolling, namun wali kelas 7F yaitu Bu Wuryan cuti melahirkan, jadilah wali kelas diganti sampai semester 2 dan peraturan kelas pun berubah. Dan begitulah, mengapa sampai hari ini Kezia dan yang lainnya, teman sebangkunya itu-itu saja.  Karena memang diantara mereka semua tak ada yang mau di rolling, dan tak ada wali kelas selain Bu Wuryan yang mau me-rolling tempat duduk muridnya.
“Entahlah,” ujar Kezia menanggapi pertanyaan Hanny tadi.
Diam. Tiba-tiba semua hening. Tak ada yang bicara lagi diantara Hanny dan Kezia. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Hanny membuka suara kembali.
“Udahlah, lupain sejenak. Sekarang saatnya pikirin UN, jangan si Dika aja yang dipikirin, kasian buku UN kamu nganggur. Pasti dia lagi menangis tersedu-sedu karena nggak dipikirin sama pemiliknya, hahaha.” Kezia hanya tertawa mendengar Hanny. Ya, hampir sebulan lagi mau UN. Kezia harus kembali focus UN!
Tamu tak diundang yang masih berdiri di depan pintu kembali berdiri tegak setelah mendengar pembicaraan Hanny dan Kezia sudah tak ada hubungannya lagi dengan Dika. Ia melirik sekilas kearah jam tangannya. Nanti aja deh masuknya biar nggak dicurigain abis nguping, hihiiihi.
“Ngapain kamu ketawa-ketawa sendiri Sep?” tanya seseorang dengan suara kecil hampir terdengar seperti berbisik. Sontak Septi terkejut mendengar suara seseorang memanggil namanya. Septi menoleh kearah sumber suara dan ia kaget ternyata yang ia lihat adalah Dika.
“Ssst!” Septi menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, tanda untuk Dika diam, “Sini kamu, ikut aku!” lanjut Septi sambil menarik lengan Dika menjauhi kelas 9A. Septi tak mau gara-gara kedatangan Dika yang tiba-tiba, membuat ia ketahuan habis menguping.
“Mau kemana hei?” tanya Dika. Septi masih saja menarik lengan Dika. Akhirnya mereka sampai di depan kantin, Setelah Septi merasa sudah cukup jauh dari kelas, ia baru melepaskan tangannya.
“Kita diam dulu disini lima menit, oke bos?”
Walau Dika tak tahu apa-apa, dia hanya bisa menurut.
Kamu nggak tahu yang sebenarnya Kezia…
Batin Septi sambil melirik Dika yang berdiri disampingnya.
*****

to be continued

Someone Like You - Song 2

Diposting oleh Ziadatul Akmal di 20.48 0 komentar
Yah, seandainya kejadian itu nggak pernah ada ...

Hari itu adalah hari pertama sekolah di SMPN 1 Margahayu dan seperti sekolah pada umumnya di hari pertama, semua penghuni kelas memperkenalkan diri mereka masing-masing termasuk wali kelas. Waktu itu aku hanya diam dan memperhatikan  satu persatu yang maju, walaupun begitu pikiranku mengarah kepada hal yang lain.
“Ya, selanjutnya Zia Kezia, silahkan maju dan perkenalkan dirimu.” Ujar Bu Wuryan sambil tersenyum dan berusaha mencari-cari sosokku yang waktu itu memang tak menonjol di kelas. Aku berdiri dan dengan langkah tak bersemangat aku maju ke depan kelas.
Sesampainya di depan kelas aku memperkenalkan diriku. Simple, hanya siapa aku, apa nama panjang dan nama panggilannya, lalu darimana sekolah asalku, dan hal-hal sepele lainnya seperti berkata, “Mohon bantuannya untuk tiga tahun ini.” Lalu aku pun membungkukkan badan seperti orang Jepang ketika mereka memperkenalkan diri mereka. Maklumlah, aku kan sering melihat hal seperti ini di dalam komik-komik dan aku pun menirukannya.
Setelah itu aku berjalan kembali menuju tempat dudukku. Sekilas aku melihat, diantara mereka ada yang mengerutkan dahi, seakan asing dengan cara aku memperkenalkan diri. Aku hanya bisa terkekeh di dalam hati melihat wajahnya. Kalau nggak salah dia tuuuh Savira bukan ya? Oh iya! Mari Savira. Cewek yang berambut ikal panjang dan sedikit lebih gemuk dari perempuan kebanyakan di kelas ini. Ujarku dalam hati.
Ku lihat Bu Wuryan menutup buku absen setelah aku duduk kembali di bangkuku yang berada dipaling belakang dan paling pojok sebelah kanan. “Hmm, ya hari ini acara perkenalan dirinya sudah selesai. Dan sekarang kita akan tentukan siapa saja yang akan menjadi KM, WaKM, Sekretaris, …”
“Ssst!” disela-sela Bu Wuryan berbicara, tiba-tiba ada yang berbisik ke arahku  dan aku pun menoleh kearahnya. Ternyata dia teman sebangkuku sendiri. Diaaa Audika Pratama gitu ya? Hmmm lupa!
“Namamu unik ya. Lucu! Aku suka. Jarang-jarang aku mendengar nama bagus seperti milikmu.” Katanya, masih dengan berbisik tanpa sedikitpun melihat kearahku.
Aku tak tahu harus berbicara apa setelah ia berkata seperti itu. Aku berusaha untuk menatap matanya, agar aku tahu bahwa ia sedang berkata jujur. Namun aku tak bisa, karena ia sedang focus melihat ke depan kelas. Lalu, aku mencoba untuk mengira-ngira bahwa ia sedang tidak berbicara kepadaku, tapi kenyataannya semua orang sibuk dengan kesibukannya sendiri, dan hanya aku dan dia yang mempunyai kesibukkan berbeda.
Dengan mengerutkan dahi, aku memperhatikan wajahnya. Terlihat jelas matanya sempat melirik kearahku lalu menoleh dan melihatku yang mengerutkan dahi. Seakan mengerti pikiranku, ia berkata, “Ya, aku lagi ngomong sama kamu.” Katanya lalu memalingkan wajah lagi, sekilas kulihat ia mengangguk pelan.
“Ooohh,” gumamku, lalu, “Makasih ya.” Aku hanya bisa bilang terimakasih dan sekali lagi ia mengangguk sambil sedikit tersenyum, masih tanpa melihat kepadaku sedikitpun.
Jujur, waktu itu adalah kali pertama namaku dipuji dan aku senang sekali. Tapi, hari itu aku belum punya perasaan apa-apa padanya. Karena aku masih menganggapnya hanya sebagai pujian biasa. Namun, kepeduliannya membuatku jatuh hati pada saat itu juga.
GUSRAK!
Hari itu adalah hari Jum’at, tepatnya adalah hari kelima sebagai siswa baru di sekolah ini. Di pagi hari aku dan teman-teman sekelas ada pelajaran olahraga. Dan dengan sukses aku terjatuh saat lari keliling lapangan untuk pemanasan. Aku pun terduduk manis di pinggir lapangan. Aku hanya bisa meringis kesakitan lalu melihat lututku yang berdarah. “Aduuuh!” ringisku pelan.
Tiba-tiba terdengar ada sesorang yang menghentikan larinya dan ia berkata, “Kamu nggak apa-apa?”
Aku sedikit mendongak untuk melihat siapa yang baru saja bertanya kepadaku. Ooh ternyata si Dika. “Nggak apa-apa kok. Cuma luka kecil. Hahaaha, yuk lanjut lagi larinya.” Aku berusaha berdiri, namun rasa sakit yang kurasakan membuat kebohonganku terbongkar.
“Aduh!” sontak aku langsung memegangi kembali lututku yang berdarah.
“Ayo kita bilang ke bapak, kalau kamu butuh betadine. Cepat!” ujarnya lalu menarik lengan kananku. Langkah besarnya membuatku meringis sekali lagi. Tanpa kupinta, ia sedikit melambatkan langkahnya setelah mendengar ringisanku.
Melihat sikapnya membuat aku merasa tak ada yang bisa kubohongi didepannya. Ia selalu bisa membaca pikiranku. Waktu itu juga, waktu ia memuji namaku. Namamu unik ya. Lucu! Aku suka. Jarang-jarang aku mendengar nama bagus seperti milikmu. Entah mengapa aku kembali teringat terhadap ucapannya di hari pertama masuk sekolah.
Dia baik dan peduli. Aku suka. Eh? Akuuu suka padanya? Ya ampun! Aku hanya bisa menutup mulutku dengan telapak tangan kiriku. Dengan langkah yang pincang, aku mencoba untuk melihat wajahnya. Namun, lagi-lagi ia tetap fokus melihat ke depan sambil menarik lengan kananku.
Pada saat itu juga, aku sadar bahwa aku suka dirinya. Tak hanya karena ia baik dan peduli, tapi semuanya, setiap hal kecil darinya kusuka. Yah kusuka dirinya.
*****
Hanny dan Kezia tak menyadari bahwa diluar sana tamu tak diundang sedang berjalan menuju kelas 9A. Yah, mereka tak menyadari akan suara langkah sang tamu tak diundang yang semakin mendekati kelas 9A. 

to be continued
 

The Official Ziadatul Akmal Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review